Senin, 11 Maret 2013

Musibah

Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri t berkata:
“Apabila air laut telah meluap menerobos ke daratan, maka siapakah yang sanggup membendungnya?!”(Beliau inginkan dengan perkataan ini untuk memberi peringatan terhadap banyaknya kemungkaran) (Mawa’izh Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri t hal. 90)
Al-Imam Al-Fudhail bin ‘Iyadh t berkata:
“Menangislah kalian atas orang-orang yang ditimpa bencana. Jika dosa-dosa kalian lebih besar dari dosa-dosa mereka (yang ditimpa musibah, red), maka ada kemungkinan kalian bakal dihukum atas dosa-dosa yang telah kalian perbuat, sebagaimana mereka telah mendapat hukumannya, atau bahkan lebih dahsyat dari itu.”(Mawa’izh Al-Imam Al-Fudhail bin ‘Iyadh t hal. 73)
“Sesungguhnya Allah U benar-benar menjanjikan adanya ujian bagi hamba-Nya yang beriman, sebagaimana seseorang berwasiat akan kebaikan pada keluarganya.”(Mawa’izh Al-Imam Al-Fudhail bin ‘Iyadh t hal. 111)
“Tidak ada musibah yang lebih besar dari musibah yang menimpa kita, (di mana) salah seorang dari kita membaca Al-Qur’an malam dan siang akan tetapi tidak mengamalkannya, sedangkan semua itu adalah risalah-risalah dari Rabb kita untuk kita.” (Mawa’izh Al-Imam Al-Fudhail bin ‘Iyadh t hal. 32)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah t berkata:
“Seorang mukmin itu berbeda dengan orang kafir dengan sebab dia beriman kepada Allah U dan Rasul-Nya, membenarkan apa saja yang dikabarkan oleh para Rasul tersebut, menaati segala  yang mereka perintahkan dan mengikuti apa saja yang diridhai dan dicintai oleh Allah  U. Dan bukannya (pasrah) terhadap ketentuan dan takdir-Nya yang berupa kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan-kemaksiatan. Akan tetapi (hendaknya) dia ridha terhadap musibah yang menimpanya bukan terhadap perbuatan-perbuatan tercela yang telah dilakukannya. Maka terhadap dosa-dosanya, dia beristighfar (minta ampun) dan dengan musibah-musibah yang menimpanya dia bersabar.”
(Makarimul Akhlaq, Syaikhul Islam Taqiyuddin Ahmad bin Taimiyyah, hal. 281)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar